KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah memberikan
taufiq, rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga saya dapat beraktivitas untuk
menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “ Keseimbangan Benda Tegar “
ini. Walaupun banyak isi dari rangkuman karya ilmiah ini saya kutip langsung
dari sumber. Tapi saya berharap karya ilmiah ini dapat membantu dan menambah
wawasan saudara-saudari yang ingin lebih memahami atau mengetahui sekilas
tentang “ Keseimbangan Benda Tegar “.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas fisika yang diberikan
oleh Bapak guru Sukarno.
Makalah
ini berisi informasi tentang “ Kesetimbangan Benda Tegar “. Yang kami harapkan
pembaca dapat mengertahui berbagai aspek yang berhubungan dengan keseimbangan
benda tegar yang akan kami bahas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Dan
akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.
Terima kasih,
Cisolok, 16 April 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR
ISI .......................................................................................................... ii
BAB I│PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
........................................................................................... 1
BAB II│PEMBAHASAN
A. KESETIMBANGAN BENDA TEGAR……………………………………3
1. Torsi ................................................................................................................ 3
2. Arah Torsi ....................................................................................................... 6
3. Syarat-Syarat Kesetimbangan Benda Tegar.................................................... 8
4. Hubungan Antara Torsi dengan Percepatan Sudut ...................................... 12
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 14
BAB III│PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................................... 22
B. SARAN ....................................................................................................... 23
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Benda
tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk bila gaya dikerjakan
pada benda tersebut.
Benda
tegar akan melakukan gerak translasi apabila gaya yang diberikan pada benda
tepat mengenai suatu titik yang yang disebut titik berat. Titik berat
merupakan titik dimana benda akan berada dalam keseimbangan rotasi (tidak
mengalami rotasi). Pada saat benda tegar mengalami gerak translasi dan rotasi
sekaligus, maka pada saat itu titik berat akan bertindak sebagai sumbu rotasi
dan lintasan gerak dari titik berat ini menggambarkan lintasan gerak
translasinya,misalnya tongkat pemukul kasti, kemudian kita lempar sambil
sedikit berputar. Kalau kita perhatikan secara aeksama, gerakan tongkat pemukul
tadi dapat kita gambarkan seperti membentuk suatu lintasan dari gerak translasi
yang sedang dijalani dimana pada kasus ini lintasannya berbentuk parabola.
Tongkat ini memang berputar pada porosnya, yaitu tepat di titik beratnya. Dan
secara keseluruhan benda bergerak dalam lintasan parabola. Lintasan ini
merupakan lintasan dari posisi titik berat benda tersebut.
Demikian
halnya seorang peloncat indah yang sedang terjun ke kolam renang. Dia melakukan
gerak berputar saat terjun. sebagaimana tongkat pada contoh di atas, peloncat
indah itu juga menjalani gerak parabola yang bisa dilihat dari lintasan titik
beratnya. Perhatikan gambar berikut ini. Seorang yang meloncat ke air dengan
berputar.
Jadi, lintasan gerak translasi dari benda tegar dapat ditinjau sebagai lintasan
dari letak titik berat benda tersebut. Dari peristiwa ini tampak bahwa peranan
titik berat begitu penting dalam menggambarkan gerak benda tegar.
Cara untuk mengetahui letak titik berat suatu benda tegar akan menjadi mudah
untuk benda-benda yang memiliki simetri tertentu, misalnya segitiga, kubus,
balok, bujur sangkar, bola dan lain-lain. Yaitu d sama dengan letak sumbu
simetrinya. Hal ini jelas terlihat pada contoh diatas bahwa letak titik berat
sama dengan sumbu rotasi yang tidak lain adalah sumbu simetrinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesetimbangan Benda Tegar
Konsep
kesetimbangan benda tegar merupakan pengetahuan dasar yang sangat penting dan
mempunyai banyak penerapan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada bidang
teknik.Pemahaman dan perhitungan mengenai gaya-gaya yang bekerja pada benda
yang berada dalam keadaan setimbang statis sangat penting, khususnya bagi para
ahli teknik (arsitek atau insinyur).Dalam merancang sesuatu, baik gedung,
jembatan, kendaraan, dll, para arsitek atau insinyur juga memperhitungkan
secara saksama, apakah struktur suatu bangunan, kendaraan, jembatan dll, mampu
menahan gaya-gaya yang bekerja padanya sehingga tidak ambruk.
1. Torsi
Torsi sama dengan gaya pada gerak translasi. Torsi menunjukkan kemampuan sebuah gaya untuk
membuat benda melakukan gerak rotasi. Sebuah benda akan berotasi bila
dikenai torsi. Perhatikan pada sebuah pintu, coba bandingkan apabila kita
mendorong pintu pada ujung pintu dengan kita mendorong pada bagian tengah
pintu.Mana yang lebih mudah untuk membuka pintu? Kita akan merasakan gaya yang
diperlukan untuk mendorong pintu agar terbuka akan lebih ringan apabila
dibandingkan dengan mendorong di ujung pintu.
Jika pada sebuah benda
diberikan gaya sebesar F maka benda akan memiliki percepatan yang disebabkan
oleh gaya tersebut. Percepatan benda memiliki arah yang sama dengan arah gaya
yang diberikan padanya. Bagaimana dengan benda yang berotasi?Bagaimana gayanya?
a.
sebuah balok diberi gaya F, benda akan bertranslasi, jika balok
di bagian tengah dipaku sehingga balok tidak dapat bertanslasi tapi dapat
berotasi,
b.
bila gaya diberikan pada sudut B benda akan berotasi, dengan
arah berbeda dengan (b),
c.
begitu juga bila diberikan pada sudut C
Besarnya torsi tergantung pada gaya yang dikeluarkan
serta jarak antara sumbu putaran dan letak gaya. Mari kita tinjau sebuah batang
dengan salah satu ujungnya berupa engsel tetapi masih bisa bergerak memutar.
Misalnya ujung yang dipatri adalah ujung yang kita letakan di titik (0,0,0) dan
ujung satunya merupakan ujung yang bebas adalah ujung satunya. Batang kita
letakan pada sumbu x.
Pada
benda dengan salah satu ujungnya berupa engsel sehingga tidak dapat
bertranslasi tapi bisa berotasi. Diberi gaya dengan berbagai arah. Ditunjukkan
juga skema gaya dan posisinya sebagai berikut.
a.
arah r sejajar dengan arah F,
b.
arah r tegak lurus
dengan arah F,
c.
arah r membentuk
sudut θ terhadap F.
Jika
gaya yang kita berikan sejajar dengan arah batang ternyata batang tidak
berotasi. Kita dapat melihat skema pada pada gambar a diatas. Jika arah gaya
tegak lurus maka batang akan berotasi. Seperti yang ditunjukkan gambar b
diatas.
Bagaimana kalau gaya membentuk sudut θ yang besarnya sembarang dengan batang? Jika gaya
membentuk sudut sembarang terhadap batang, benda akan berotasi tetapi
percepatan sudut yang dihasilkan akan berbeda dengan jika sudutnya tegak lurus.
Hal itu ditunjukkan pada gambar c diatas. Perhatikanlah arah putaran akan
barlawanan bila gaya yang diberikan berlawanan arah.
Torsi
disebut juga momen gaya dan merupakan
besaran vektor. Torsi adalah hasil per silang
antara vektor posisi r dengan gaya F, dapat dituliskan
Pada batang di atas vektor r adalah vektor
yang berawal di ujung batang yang dipatri dan berujung atau berarah di ujung
yang lainnya. Bila gaya tegak lurus maka θ = 90 sehingga nilai sin θ
= 1. Torsi yang dilakukan pada batang maksimal. Bila sejajar
dengan , maka
nilai sin θ = 0 sehingga besarnya torsi 0 dan batang tidak berotasi. Besar torsidapat kita tuliskan sebagai :
Dengan l =r sin θ
2. Arah Torsi
Lengan torsi ditunjukkan oleh l. Lengan torsi sebuah gaya didefinisikan sebagai
panjang garis yang ditarik di titik sumbu rotasi sampai memotong tegak lurus
garis kerja gaya seperti pada gambar berikut.
Perhatikan
dengan arah torsi, arah torsi menuruti aturan putaran tangan
kanan seperti pada gambar berikut.
Jika arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam maka arah
torsi ke atas, dan arah bila arah putaran searah dengan arah putaran jarum jam
maka arah torsi ke bawah. Kita dapat melihatnya dengan sebuah sistem koordinat.
Bila batang terletak pada sumbu xdan pangkal vektor r di titik (0,0,0). Gaya pada arah sumbu y positif batang akan berputar melawan arah jarum
jam, arah torsi ke arah sumbu z positif.
Sebaliknya bila arah gaya kearah sumbu y negatif,
putaran batang berlawanan dengan arah jarum jam, arah torsi ke sumbu z negatif. Jika arah gaya tidak tepat pada arah
sumbu y tetapi membentuk sudut θ terhadap sumbu x, maka arah torsi dapat dilihat pada gambar berikut.
Arah
torsi untuk F berarah sembarang.Arah sumbu y positif adalah arah masuk bidang gambar.
a.
torsi memiliki arah ke sumbu z positif,
tetapi arah putarannya berlawanan arah dengan arah jarum jam,
b.
arah torsi ke sumbu z negatif, arah
putarannya searah dengan arah jarum jam.
Jika
pada sebuah benda bekerja lebih dari satu torsi bagaimana dengan gerakan benda?
Jika pada benda bekerja lebih dari 1 torsi maka torsi total adalah jumlahan
dari seluruh torsi yang bekerja.
Pada
batang dengan titik tumpu pada ujung kiri batang, ada dua gaya yang bekerja
pada batang.
Pada
gambar diatas gaya F1 akan
menyebabkan batang berputar searah dengan jarum jam, gaya F2 akan menyebabkan benda berputar
berlawanan arah dengan arah jarum jam.Torsi total adalah jumlah kedua torsi tersebut.
3. Syarat-syarat Kesetimbangan Benda
tegar
1. Syarat
Pertama Kesetimbangan Benda Tegar.
Hukum II Newton menyatakan bahwa jika
resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda (benda dianggap sebagai partikel)
tidak sama dengan nol maka benda akan bergerak dengan percepatan konstan di
mana arah gerakan benda sama dengan arah resultan gaya. Jika resultan gaya
bernilai nol maka benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan.
Ketika
sebuah benda diam atau bergerak dengan kecepatan konstan, benda tidak mempunyai
percepatan (a). Karena percepatan (a) = 0 maka persamaan di atas berubah
menjadi :
Persamaan
ini dapat diuraikan ke dalam komponennya pada sumbu x, sumbu y dan sumbu z.
Jika gaya-gaya bekerja pada arah
horisontal saja maka digunakan persamaan 1.Jika gaya-gaya bekerja pada arah
vertikal saja maka digunakan persamaan 2.Jika gaya-gaya bekerja pada suatu
bidang (dua dimensi) maka digunakan persamaan 1 dan 2.Jika gaya-gaya bekerja
pada suatu ruang (tiga dimensi) maka digunakan persamaan 1, 2 dan 3.
Gaya merupakan besaran vektor, gaya mempunyai besar dan arah. Dengan mengacu pada koordinat kartesius (sumbu x, y dan z) dan sesuai dengan ketetapan, jika gaya searah dengan sumbu x negatif (ke kiri) atau gaya searah sumbu y negatif (ke bawah) maka gaya bertanda negatif. Sebaliknya jika gaya searah dengan sumbu x positif (ke kanan) atau gaya searah sumbu y positif (ke atas) maka gaya bernilai positif.
Gaya merupakan besaran vektor, gaya mempunyai besar dan arah. Dengan mengacu pada koordinat kartesius (sumbu x, y dan z) dan sesuai dengan ketetapan, jika gaya searah dengan sumbu x negatif (ke kiri) atau gaya searah sumbu y negatif (ke bawah) maka gaya bertanda negatif. Sebaliknya jika gaya searah dengan sumbu x positif (ke kanan) atau gaya searah sumbu y positif (ke atas) maka gaya bernilai positif.
Contoh
1.
Keterangan
gambar :
F
= gaya tarik, fg = gaya gesek, N = gaya normal, w = gaya berat, m = massa, g =
percepatan gravitasi. Benda sedang diam karena jumlah semua gaya yang bekerja
pada benda sama dengan nol. Tinjau setiap gaya yang bekerja pada benda. Gaya
yang bekerja pada arah horisontal (sumbu x) :
Gaya tarik (F) dan gaya gesek (fg) mempunyai besar yang sama tetapi arahnya berlawanan. Arah gaya tarik ke kanan atau searah sumbu x positif (gaya bertanda positif), sebaliknya arah gaya gesek ke kiri atau searah sumbu x negatif (bertanda negatif). Karena besar kedua gaya sama (diwakili oleh panjang panah yang sama) dan arah kedua gaya berlawanan maka jumlah kedua gaya ini sama dengan nol. Gaya yang bekerja pada arah vertikal (sumbu y) :
Pada
komponen vertikal (sumbu y) terdapat gaya berat (w) dan gaya normal (N). Arah
gaya berat tegak lurus menuju pusat bumi atau searah sumbu y negatif (gaya
bertanda negatif), sedangkan gaya normal searah sumbu y positif (gaya bertanda
positif). Besar kedua gaya ini sama tetapi arahnya berlawanan maka kedua gaya
saling melenyapkan.
Benda pada contoh di atas sedang diam karena resultan gaya yang bekerja pada benda, baik pada sumbu horisontal maupun sumbu vertikal sama dengan nol.
Contoh 2.
Benda pada contoh di atas sedang diam karena resultan gaya yang bekerja pada benda, baik pada sumbu horisontal maupun sumbu vertikal sama dengan nol.
Contoh 2.
Gaya berat dan gaya normal yang bekerja
pada benda ini tidak digambarkan karena kedua gaya ini saling menghilangkan.
Jika pada kedua ujung benda dikerjakan gaya F seperti ditunjukan pada gambar.
Besar kedua gaya sama tetapi berlawanan arah. Apakah benda akan tetap diam ?
Untuk membantumu memahami hal ini,
letakan sebuah buku di atas meja. Pada mulanya buku diam karena resultan gaya
pada buku bernilai nol. Selanjutnya, kerjakan gaya pada kedua sisi buku,
seperti dperlihatkan pada gambar. Jika pada ujung buku dikerjakan gaya yang
besar dan arahnya seperti diperlihatkan pada gambar maka hal ini sama saja
dengan buku diputar dan tentu saja buku akan berputar atau berotasi. Buku
berotasi karena ada momen gaya yang ditimbulkan oleh gaya F. Sumbu rotasi
terletak di tengah-tengah buku. Jika tidak ada gaya gesek yang bekerja pada
benda maka resultan momen gaya adalah jumlah momen gaya yang dihasilkan oleh
kedua gaya F. Arah rotasi benda searah dengan putara jarum jam sehingga kedua
momen gaya bernilai negatif.
2. Syarat
Kedua Kesetimbangan Benda Tegar
Berdasarkan contoh 2 di atas dapat
disimpulkan bahwa jika resultan momen gaya pada sebuah benda tidak bernilai nol
(benda dianggap sebagai benda tegar) maka benda akan berotasi.
Agar
benda tidak berotasi (benda tidak bergerak) maka resultan momen gaya harus
bernilai nol. Ketika sebuah benda tidak berotasi maka benda tidak mempunyai
percepatan sudut. Karena percepatan sudut sama dengan nol maka persamaan di
atas berubah menjadi :
Gambar
di atas melukiskan sebuah partikel bermassa m yang diberi gaya F tegak lurus
jari-jari.
Menurut hukum Newton benda akan dipercepat dengan percepatan searah dengan gaya. Percepatan ini
dinamakan percepatan tangensial (percepatan singgung), α. Hubungan antara gaya
dan percepatan ini adalah:
Karena percepatan singgung a = αr maka
Sekarang
kalikan kedua ruas dengan r dan selanjutnya gunakan definisi τ = rF untuk
memperoleh hubungan antara momen gaya dengan percepatan sudut
Karena momen inersia partikel adalah I =
mr2 maka
Dengan:
τ =
momen gaya (Nm)
I
= momen inersia (kgm2)
α =
percepatan sudut (rad/s2)
Rumus di atas mirip dengan hukum Newton
II (F = ma). Di sini τ berperan seperti gaya gerak translasi dan α berperan
sebagai percepatan pada gerak translasi. Bagaimana dengan I? I mempunyai peran
seperti massa, semakin besar I semakin sukar berputar (mirip dengan gerak
translasi, benda bermassa besar sukar digerakan/dipercepat).
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN
1.
F1 = 10 N, F2 = 15 N dan F4 = 10 N, bekerja pada balok ABCD seperti pada gambar. Panjang balok ABCD adalah 20 meter. Tentukan F3 agar balok setimbang statis. Abaikan massa balok.
Pembahasan :
2. Kotak
A (10 kg) dan B (20 kg) diletakkan di atas papan kayu. Panjang papan = 10
meter. Jika kotak B diletakkan 2 meter dari titik tumpuh, pada jarak berapa
dari titik tumpuh kotak A harus diletakkan sehingga papan tidak berotasi
? (g = 10 m/s2)
Pembahasan
:
Langkah
1 : menggambarkan diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda
Langkah
2 : menyelesaikan soal
Perhatikan
diagram di atas. Gaya yang bekerja pada papan adalah gaya berat kotak B (wB),
gaya berat kotak A (wA), gaya berat papan (w papan) dan gaya normal (N). Titik
tumpuh merupakan sumbu rotasi. Gaya berat papan (w papan) dan gaya normal (N)
berhimpit dengan titik tumpuh / sumbu rotasi sehingga lengan gayanya nol. w
papan dan N tidak dimasukkan dalam perhitungan.
Torsi
1 = torsi yang dihasilkan oleh gaya berat kotak B (torsi bernilai positif)
Torsi
2 = torsi yang dihasilkan oleh gaya berat kotak A (torsi bernilai negatif)
Papan
setimbang statis jika torsi total = 0.
Agar
papan setimbang statis maka benda A harus diletakkan 4 meter dari titik tumpuh.
3. Perhatikan gambar!
Pada gambar diatas, Z adalah titik berat batang AB yang
massanya 10 kg. Jika sistem dalam keadaan setimbang, maka massa beban C
adalah...
A. 50 kg
B. 30 kg
C. 20 kg
D. 10 kg
E. 4 kg
Pembahasan
Gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada sistem
Bagi sistem menjadi 2 benda yaitu beban dan batang lalu
terapkan syarat-syarat kesetimbangan statis
Syarat 1
∑F = 0 (Beban)
WC - T = 0 sehingga WC = T
∑F = 0 (Batang)
T + N - WB = 0
WC + N - 10 kg . 10 m/s2 = 0
WC + N - 100 N = 0
Syarat 2
∑Ʈ = 0 (anggap titik A sebagai pusat rotasi)
N . 0 + WB . 2 m - T . 5 m =
0
0 + 100 N . 2 m – WC . 5 m = 0
200 Nm = 5 m . WC
WC = 200/5 = 40 N
m . g = 40 N
m = 40 N / g = 40 N / 10 m/s2 = 4 Kg Jawaban: E
4. Seseorang memikul beban dengan
tongkat AB homogen dengan panjang 2 m. Beban Diujung A = 100 N dan di B = 400
N. Jika batang AB setimbang, maka bahu orang itu harus diletakkan...
A. 0,75 m dari B
B. 1 m dari B
C. 1,5 m dari A
D. 1,6 m dari B
E. 1,6 m dari A
Pembahasan
Misalkan terlebih dahulu posisi tongkat dibahu orang lalu
gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada sistem tersebut.
Maka dari syarat kesetimbangan statis
∑Ʈ = 0
WB . x - WA . (2 - x) + N . 0 = 0 (torsi positif jika
arah putaran searah jarum jam dan sebaliknya)
400 N . x - 100 N (2 - x) = 0
400 N . x = 100 N (2 - x) = 0
4x = 2 - x
4x + x = 2
5x = 2
x = 2/5 = 0,4 m
Jadi posisi bahu 0,4 m B atau 2 m - 0,4 m = 1,6 m dari A
Jawaban: E
5.
Dua roda silinder dengan jari-jari
r1 = 30 cm dan r2 = 50 cm disatukan dengan sumbu yang melewati pusat
keduanya, seperti pada gambar. Hitunglah momen gaya total pada roda gabungan!
Penyelesaian:
Diketahui:
r1 =
30 cm = 0,3 m
r2 =
50 cm = 0,5 m
F1 =
-50 N (berlawanan arah jarum jam)
F2 =
+50 N (searah jarum jam)
Ditanya: Στ =
... ?
Jawab:
Komponen
gaya F2 yang tegak lurus r2 adalah:
F2 sin
60o
sehingga:
Στ = τ2 – τ1 =
r2 . F2 sin 60 o – r1 F1 = 0,5 x 50 x
(1/2 √3) – (0,3 x 50) = 6,65 Nm2
6.
Empat buah gaya masing-masing :
F1 = 10 N
F2 = 10 N
F3 = 10 N
F4 = 10 N
dan panjang AB = BC = CD = DE = 1 meter
Dengan
mengabaikan berat batang AE, tentukan momen gaya yang bekerja pada batang dan
arah putarannya jika:
a)
poros putar di titik A
b)
poros putar di titik D
Penyelesaian
poros
putar di titik A
(Putaran searah jarum jam.)
poros
putar di titik D
7.
Batang AB = 2 meter dengan poros titik A
dengan gaya F sebesar 12 N membentuk sudut 60°.
Tentukan
besar momen gaya yang terjadi pada batang AB.
Penyelesaian
Beberapa
cara biasa digunakan diantaranya:
τ
= F d sin α
τ
= 12 (2) sin 60°
τ
= 12 (2)(1/2 √3) = 12√3 Nm
Atau
diuraikan dulu gaya F.
Yang
menimbulkan torsi adalah F sin 60° dengan jaraknya ke A adalah 2 m, sementara F
cos 60° mengakibatkan torsi sebesar NOL, karena jaraknya ke poros A adalah
nol.
τ
= F sin 60° (AB)
τ
= 12 (1/2 √3)(2) = 12√3 Nm
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Torsi sama dengan gaya
pada gerak translasi. Torsi menunjukkan
kemampuan sebuah gaya untuk membuat benda melakukan gerak rotasi. Sebuah benda akan
berotasi bila dikenai torsi.
Bagaimana dengan benda
yang berotasi?Bagaimana gayanya?
a.
sebuah balok diberi gaya F, benda akan bertranslasi, jika balok
di bagian tengah dipaku sehingga balok tidak dapat bertanslasi tapi dapat
berotasi,
b.
bila gaya diberikan pada sudut B benda akan berotasi, dengan
arah berbeda dengan (b),
c.
begitu juga bila diberikan pada sudut C
Syarat
Pertama Kesetimbangan Benda Tegar.
Hukum II Newton menyatakan bahwa jika
resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda (benda dianggap sebagai partikel)
tidak sama dengan nol maka benda akan bergerak dengan percepatan konstan di
mana arah gerakan benda sama dengan arah resultan gaya. Jika resultan gaya
bernilai nol maka benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan.
Ketika
sebuah benda diam atau bergerak dengan kecepatan konstan, benda tidak mempunyai
percepatan (a). Karena percepatan (a) = 0 maka persamaan di atas berubah menjadi
:
Persamaan
ini dapat diuraikan ke dalam komponennya pada sumbu x, sumbu y dan sumbu z.
B. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai
materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli,
Douglas C. 2001. Fisika Jilid I dan II (Terjemahan). Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Halliday
dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I dan II (Terjemahan). Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Serway, Raymond A. & Jewett, Jhon W.
2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I dan II
(Terjemahan). Jakarta : Penerbit Salemba Teknika
Tipler, P.A. 1998. Fisika untuk
Sains dan Teknik Jilid I dan II (Terjemahan).Jakarta : Penebit Erlangga.
Young,
Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas Jilid I dan II
(Terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.
kok ada beberapa gambar yang tidak dapat di unduh atau di lihat
BalasHapus