Minggu, 24 April 2016

MATERI SENI TARI



A.    PENGERTIAN SENI TARI
Ketika kita mendengar seni tari, umumnya yang akan terlintas di pikiran kita yaitu gerakan-gerakan anggota tubuh yang mengikuti alunan music. Definisi dari seni tari yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya yaitu:
·         Soedarsono, menyatakan bahwa tarian adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak ritmis yang indah.
·         Yulianti Parani, menyatakan tari adalah gerak-gerak ritmis sebagian atau seluruhnya dari tubuh yang terdiri dari pola individual atau kelompok yang disertai ekspresi tertentu.
·         Curts Sachs: Tari adalah gerak yang ritmis.
·         Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk  gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta.
·         La Mery menyatakan bahwa tari adalah ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan untuk menjadi bentuk yang nyata
·         Suryo menyatakan tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif dalam Elemen utamanya berupa gerakan tubuh yang didukung oleh banyak unsur, menyatu-padu secara performance yang secara langsung dapat ditonton atau dinikmati pementasan di atas pentas. Dengan demikian untuk meperoleh gambaran yang jelas.
·         Hawkins menyatakan bahwa tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya.

Maka Seni Tari merupakan gerak-gerak ritmis dari anggota tubuh sebagai ekspresi dan pengungkapan perasaan dari si penari yang diikuti alunan music yang fungsinya memperkuat maksud yang ingin disampaikan atau Pengertian Tari adalah unsur dasar gerakyang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.


B.     FUNGSI SENI TARI
Dalam kehidupan bermasyarakat ada beberapa fungsi lain dari seni tari, diantaranya yaitu:

1.      Sebagai sarana keagamaan
Di dalam kehidupan keagamaan, sejak dahulu manusia menggunakan tari-tarian sebagai sarana berkomunikasi dengan Tuhan. Biasanya tari yang digunakan sebagai sarana keagamaan bersifat sakral. Di Bali masih terdapat tarian-tarian keagamaan sebagai sarana komunikasi dengan para Dewa dan leluhurnya. Biasanya tarian ini dilakukan di Pura-pura. Contoh tariannya yaitu, Sang Hyang, Kecak, Keris, Rejang. Sebagai sarana upacara adat
2.      Sebagai Sarana Pergaulan
Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan individu lainnya hingga muncullah keakraban. Tarian pergaulan adalah jenis tarian yang diperuntukkan untuk menyatakan kerukunan bermasyarakat. Salah satu contoh yang paling jelas yaitu Tari Jaipongan.

3.      Sebagai Tontonan
Tarian tontonan atau pertunjukan adalah jenis tarian yang dihadirkan sebagai hiburan semata. Diharapkan penonton yang menyaksikan tarian ini akan merasa terhibur.


C.    UNSUR SENI TARI
Unsur-unsur dari seni tari  berkaitan erat dan tidak dapat dihilangkan. Unsur-unsur dari seni tari yaitu:

1. Ragam Gerak
Gerak merupakan unsur utama dan juga unsur estetika dari tari. Gerakan dari tari berasal dari anggota tubuh. Anggota tubuh yang dapat digunakan untuk menari yaitu anggota tubuh bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah. Anggota tubuh bagian atas terdiri atas kepala, mata dan raut wajah. Ragam gerak dari anggota tubuh bagian tengah yaitu terdiri dari lengan atas, lengan bawah, telapak tangan, jari-jari dan ruas jari. Sedangkan anggota tubuh bagian bawah terdiri dari Kaki. Ragam gerak pada bagian kaki hampir sama untuk tarian di bagian timur. Perbedaannya terletak pada tempo atau volume gerakannya.

2. Bentuk Iringan
Unsur kedua dari tarian yaitu bentuk iringan. Bentuk iringan tarian dapat berupa jenis music iringan tari internal dan jenis music iringan tari eksternal. Jenis music iringan tari internal yaitu iringan yang berasal dari tubuh penari itu sendiri. Contohnya yaitu Tepukan dada dan telapak tangan pada Tarian Saman dari Aceh dan suara “Cak” pada tari kecak dari Bali.

3. Kostum Tari
Kostum tari merupakan suatu estetika yang tidak dapat dipisahkan dari dari wujud tarian. Kostum tarian untuk upacara bentuknya lebih sederhana dan tidak mementingkan estetika. Berbeda dengan kostum tarian yang digunakan untuk tarian pertunjukan atau tarian tontonan. Kostum pada tarian tontonan atau pertunjukan bentuknya dirancang sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan keindahan maupun mendalam dari penontonnya.




4. Pola Lantai
Pola lantai adalah posisi yang dilakukan baik oleh penari tunggal maupun penari kelompok. Pola lantai pada suatu tarian dapat berupa simetris, asimetris, lengkungan, garis lurus dan lingkaran.

Dalam sebuah tarian (terutama tari kelompok), pola lantai perlu diperhatikan. Ada beberapa macam pola lantai pada tarian, antara lain :
1.         Pola lantai vertikal : Pada pola lantai ini, penari membentuk garis vertikal, yaitu garis lurus dari depan ke belakang atau sebaliknya.
2.         Pola lantai Horizontal : Pada pola lantai ini, penari berbaris membentuk garis lurus ke samping.
3.         Pola lantai diagonal : Pada pola lantai ini, penari berbaris membentuk garis menyudut ke kana atau ke kiri.
4.         Pola lantai melingkar : Pada pola lantai ini, penari membentuk garis lingkaran.


D.    KONSEP SENI TARI
Kita tahu bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari banyak suku. Keberagaman suku di Indonesia menghasilkan keberagaman gerak tari yang berbeda antara suku lain di Indonesia. Walaupun setiap tarian memiliki gerakan yang berbeda namun tetap memiliki persamaan. Persamaan tersebut yaitu tenaga, ruang dan waktu.

1. Tenaga
Setiap bergerak kita memerlukan tenaga. Kesimpulannya hubungan antara gerak tari dan tenaga memiliki kaitan yang erat. Tenaga dalam seni tari berhubungan dengan emosi dan perasaan.  Untuk menghasilkan gerak tari yang baik dibutuhkan tenaga. Penambahan tenaga dalam gerak tari menjadikan gerak tari tersebut terlihat dinamis dan ritmik.

2. Ruang Gerak
Suatu gerak tarian membutuhkan ruang gerak. Gerak di dalam ruangan dapat dilakukan penari secara tunggal, berpasangan ataupun berkelompok. Ruang gerak terbagi atas dua yaitu ruang gerak sempit atau pribadi dan ruang gerak luas atau umum.

Ruang gerak sempit yaitu jika kita melakukan suatu gerakan tanpa berdiri berarti kita melakukan di ruang gerak sempit atau ruang gerak pribadi. Sedangkan, jika kita melakukan gerakan dan diikuti dengan perpindahan tempat maka dinamakan dengan ruang gerak luas atau ruang gerak umum.


3. Waktu
Dalam gerak tarian, perbedaan cepat atau lambat suatu gerak disebut dengan Tempo. Fungsi tempo pada gerak tari yaitu memberikan kesan dinamis sehingga suatu tarian tersebut enak untuk ditonton.

Jadi, gerak tari tidak hanya membutuhkan tenaga dan ruang saja. Akan tetapi juga membutuhkan tempo untuk menghasilkan suatu gerakan yang terlihat dinamis dan hidup sehingga enak untuk ditonton.


E.     MACAM MACAM JENIS SENI TARI
Jenis-jenis tarian yang ada di nusantara yaitu dibagi atas Tari Tradisional, Tari Kreasi Baru dan Tari Kontemporer. Ketiga jenis dari tarian tersebut akan dijelaskan dibawah ini.

1. Tari Tradisional
Di Indonesia, hampir di setiap daerah memiliki tari tradisional. Nah, arti dari tari tradisional yaitu suatu tarian yang berasal dari suatu daerah dan diturunkan secara turun-temurun hingga menjadi budaya dari daerah tersebut. Umumnya tari tradisional mengandung nilai-nilai filosofis seperti keagamaan, kepahlawanan dsb.
Tari tradisional di Indonesia terbagi atas dua, tari rakyat dan tari klasik (keraton).

1a. Tari Rakyat
Tarian rakyat atau tarian daerah merupakan tarian yang berkembang pada masyarakat biasa. Tarian rakyat lahir sebagai lambang dari kebahagiaan dan sukacita. Contohnya jika musim panen tiba dan hasil panen melimpah maka masyarakat akan berkumpul dan menari bersama untuk merayakannya. Nah, tarian rakyat terus berkembang dan menjadi tradisi. Tarian rakyat tidak memiliki aturan-aturan baku sehingga bentuk tariannya sangat bervariasi.

1b. Tari Klasik (Tari Keraton)
Nah, teman-teman pasti bertanya, apa yang membedakan antara tarian rakyat dengan tari klasik? Perbedaannya yaitu tari klasik lahir dari dalam keraton atau dalam kaum bangsawan. Karena tarian ini berkembang pada lingkungan atas, maka masyarakat biasa dilarang untuk menarikan tarian ini. Berbeda dengan tari rakyat, tari keraton memiliki aturan yang tertulis dan baku. Sehingga sejak zaman tari ini lahir sampai sekarang tidak ada yang berubah.


2. Tari Kreasi Baru
Karena tari kreasi baru merupakan perkembangan dari tari tradisi yang ada. Maksudnya disini jenis tarian yang biasanya dipakai untuk upacara ritual, adat dan keagamaan dimodifikasi oleh penata tari sehingga tari ini bisa dinikmati khalayak umum. Contohnya yaitu Tari Rapai yang merupakan perpaduan dari gerak tari yang berkembang di Aceh dan Semenanjung Malaya, yaitu Tari Seudati, Saman dan Zapin.
Merupakan tarian yang lepas dari standar tari yang baku. Dirancang menurut kreasi penata tari sesuai dengan situasi kondisi dengan tetap memelihara nilai artistiknya. Tari kreasi baik sebagai penampilan utama maupun sebagai tarian latar hingga kini terus berkembang dengan iringan musik yang bervariasi, sehingga muncul istilah tari modern. Pada garis besarnya tari kreasi dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
§  Tari Kreasi Baru Berpolakan Tradisi
Yaitu tari kreasi yang garapannya dilandasi oleh kaidah-kaidah tari tradisi, baik dalam koreografi, musik/karawitan, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun ada pengembangan tidak menghilangkan esensiketradisiannya.

§  Tari Kreasi Baru Tidak Berpolakan Tradisi (Non Tradisi)
Tari Kreasi yang garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun tarian ini tidak menggunakan pola-pola tradisi, tidak berarti sama sekali tidak menggunakan unsur-unsur tari tradisi, mungkin saja masih menggunakannya tergantung pada konsep gagasan penggarapnya. Tarian ini disebut juga tari modern, yang istilahnya berasal dari kata Latin “modo” yang berarti baru saja.


3. Tari Kontemporer
Kita telah sampai pada point terakhir dari jenis tarian di Indonesia yaitu Tari Kontemporer. Nah, apa sih yang dimaksud dengan tari kontemporer?. Jadi tari kontemporer merupakan salah satu jenis tarian modern yang berkembang di Indonesia. Tarian ini lahir sebagai reaksi atas seni tari klasik yang telah mencapai titik akhir dalam perkembangan teknisnya. Apa bedanya tari kontemporer dengan tari kreasi baru? Nah, seperti yang telah dijelaskan pada paragraph awal bahwa tari kontemporer merupakan tari modern sehingga tidak ada unsure tradisi lama lagi. Biasanya gaya tari kontemporer bernuansa unik dan memakai jenis music dari computer. Sedangkan tari kreasi baru merupakan tari tradisi yang telah dimodifikasi tapi tetap meninggalkan unsur asli tradisinya. 




Berdasarkan koreografinya, jenis jenis tari dibedakan menjadi :
1.      Tari tunggal ( Solo ), Tari tunggal adalah tari yang diperagakan oleh seorang penari, baik laki-laki maupun perempuan. Contohnya tari Golek ( Jawa Tengah ).
2.      Tari berpasangan ( duet/pas de duex), Tari berpasangan adalaah tari yang diperagakan oleh dua orang secara berpasangan. Contohnya tari Topeng (Jawa Barat).
3.      Tari kelompok ( Group choreography), Tari kelompok yaitu tari yang diperagakan lebih dari dua orang.



F.     PARA TOKOH TARI

1.             AM. Munardi, S.Pd  (alm)
Tokoh tari Jawa Timur, lahir di Yogyakarta, 15 Nopember 1939 dan mulai belajar menari tahun 1954 di Among Beksa Kraton Yogyakarta. Beberapa karya tarinya, diantaranya: Sang Duta (1967), Cermin (1975), Seblang Nukyeng (1972), Reog Brantas (1982), Topeng Panji Reni (1977), Sabu-Sabu (1976), Sudamala (1978),Sumantri Wirotama (1979), Dramatari Calonarang (1970), dan Damarwulan Jurit (1983). Penghargaan pernah diraihnya, diantaranya: penghargaan penulisan naskah tari dari Direktorat Kesenian Depdikbud (1977, 1978, 1979),  gelar Jalma Dwija (1994) oleh Paguyuban Sutresno Pusaka Lan Budaya Jawa dan Penghargaan Seniman Jawa Timur (2001).
Pada sekitar tahun 1970-an, Karya tari topeng Malang yang disusun kembali oleh AM Munardi, diantaranya: tari Topeng Bapang, Topeng Patih, Topeng Gunungsari, Grebeg Jawa, dan Topeng Sekartaji.

2.             Munali Fatah
Munali Fatah dilahirkan di Sidoarjo 17 Mei 1924. Munali mulai bergabung dengan kesenian Ludruk Rukun Makno pada tahun 1938 dan pada tahun 1963 bergabung dengan Ludruk RRI Surabaya dengan kemampuan ngidung dan beksa ngremo.
Munali adalah tokoh tari yang dikenal melalui susunan tari Ngremo gaya Munali Fatah. Tari Ngremo yang disusun oleh Munali atau lebih sering disebut Ngremo Munali (gaya Munali) merupakan suatu bentuk tatanan tari yang lebih menonjolkan pada kejelasan akan bentuk gerak tari yang sederhana namun memiliki kepekaan, kekentalan struktur tari yang membentuk pola baku yang mapan dan mantap.



3.             Soenarto AS. S.Sn    
Senarto AS dilahirkan di Solo pada tanggal 22 Mei 1936, hingga saat ini menjadi dosen di STKW Surabaya. Soenarto yang juga sebagai seorang penata tari telah menciptakan berbagai karya tari diantaranya; tari Ngremo Putra, tari Ngremo Putri, tari  Gandrung, Tari Gunungsari (1979), tari Tanganku (1979), Dramatari Kudo Noro Wongso (1990), dan Bedoyo Ujung Galuh (1978) yang pernah mendapat penghargaan Walikota Surabaya pada saat itu.

4.             Soeparmo
Soeparmo dilahirkan di Probolinggo 25 Desember 1943. Pengalaman berkesenian diawali pada tahun 1950 menjadi penari bersama orang tuanya.  Ketrampilan menari diperolehnya dari orang tuanya. Pada tahun 1983, Soeparno menata kembali tari Glipang yang pernah dipelajarinya dari ayahnya, dan susunan tari itu mendapat pengakuan dari masyarakat luas. Pandangan Soeparmo tentang karya tari adalah berpijak dari kebiasaan serta situasi dan kondisi masyarakat daerah sekitar komunitasnya sehingga dapat memunculkan ide untuk menghasilkan sebuah karya seni.

5.             Karimun
Karimun adalah tokoh tari gaya Malangan yang eksis dengan tari topengnya. Karimun dilahirkan di Malang tanggal 19 Juni 1919 dan dibesarkan dari keluarga seniman. Perjalanan berkesenian sempat terhenti tahun 1948 karena jaman penjajahan Jepang dan pada tahun 1950 mendirikan sanggar “Asmoro bangun” di Dukuh Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Malang.
Melalui pengalamannya, Karimun menata kembali tari Topeng menjadi bentuk-bentuk tari lepas sesuai karakter topeng, diantaranya: tari Topeng Gunungsari, Tari Topeng Bapang, Tari Grebeg, Tari Topeng Beskalan, Tari Topeng Patih, Tari Topeng Sekartaji, dan Topeng Panji.

6.             Sumitro Hadi
Sumitro Hadi yang akrab dipanggil dengan Mitro adalah tokoh tari Banyuwangi yang cukup dikenal melalui karya-karya seni tari tradisional yang ritmis, dinamis dan sangat menarik dalam segi penampilan secara keseluruhan. Sumitro Hadi dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 16 Agustus 1951. Hasil karya yang pernah diciptakan Sumitro Hadi, diantaranya: Jaran Goyang (1969), Jaran Buto (1974), Padang Bulan (1976), Jejer Banyuwangi (1976), Jaran Dawuk (1986), Kundaran (1992) dan Kuntulan (1995).
  
7.             Drs. M. Soleh Adi Pramono
Soleh adalah panggilan akrapnya, dan dilahirkan di Yogyakarta 1 Agustus 1951. Dalam karya tari telah dihasilkan berbagai karya, diantaranya; tari Kolosal Babad Malang (1976), Dramatari Condro Mowo (1991), tari Jaranan Dor, dan berbagai tari tradisional yang dikemas menjadi bentuk tari kreasi. Karya tari hasil kemasan yang bernuansa tradisi karya Soleh sangat digemari masyarakat dan karya itu dimasukkan pula dalam materi tari pelatihan di berbagai sanggar.

8.             Tri Broto Wibisono, S.Pd
Tri Broto adalah panggilan akrabnya, beliau adalah tokoh tari Jawa Timur yang masih relatif muda namun mempunyai pemikiran dan konsep ke depan terhadap perjalanan seni tari Jawa Timuran. Keberhasilan Tri Broto dapat dilihat dari karya-karyanya, diantaranya; tari Ngremo Jugag, tari Tandang Tayub, Tari Sekartaji, Tari gunungsari, Tari Probolengger, Tari Wirogo Putri, dan masih banyak lagi. Tri Broto juga telah mencoba menyusun struktur tari Jawa Timur dalam tingkat dasar putri, tingkat dasar putra dan gagahan.

9.             Taufikurachman
Taufikurachman adalah seorang tokoh tari Sumenep yang masih memiliki darah Keraton Sumenep. Taufik lahir di Sumenep tanggal 10 Oktober 1945 dan mulai mempelajari tari sejak tahun 1957 saat dia berusia 12 tahun.  Karya Taufik yang cukup dikenal oleh masyarakat,  diantaranya; Muwang Sangkal, Condik Somekar, Sape Sono, Topeng Potre, Tari Pecut Sumenep, Pleteng, Tongkeng Pangilen, dan Topeng Rampak Prapatan.
Tari Muwang Sangkal diciptakan tahun 1962 adalah salah satu karya Taufik yang telah beberapa kali dipentaskan di manca negara, diantaranya: London (1996) dan  Den Hag (Pasar Raya Malam Tong-Tong, 2000). Hingga saat ini Tari Muwang Sangkat karya Taufik telah menjadi salah satu bentuk materi tari yang diajarkan di Jurusan Sendratasik FBS UNESA dan STKWS Surabaya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar